Mataram- Budaya hang out atau kumpul-kumpul saat ini terus menjadi trend di semua kalangan di Pulau Lombok, hingga terkadang tidak perduli dengan waktu karena keasikan ngobrol, kebiasan ini terkadang sudah manjadi agenda yang wajib dilakukan oleh kalangan para pebisnis atau ajang bertemunya para sahabat karib , semua aktivitas itu sekarang banyak di lakukan di kedai-kedai kopi atau kopi shop.
Di kota mataram sendiri banyak Menjamur kopi-kopi shop yang menjual beraneka jenis dan varian untuk menikmati kopi, mulai dari original hingga di kreasikan dengan coklat dan eskrim supaya bisa dinikmati oleh semua kalangan.
Nah bicara soal kedai kopi salah satunya yang masih mempertahankan khas dari rasa kopi Lombok itu adalah “Kopiturasa” yang terletak di jalan Pejanggik arah pajang kota Mataram, kedai kopi ini merupakan tempat yang bersejarah karena sudah berdiri lama sejak penjajahan Belanda dulu, sehingga tidak jarang banyak orang yang datang ke tempat ini seperti mereka mengenang kembali masa lalu mereka.
Adalah Nanda kresna Jaya yang menjadi kreator tempat ini yang menggabungkan konsep Hotel dengan kedai kopi legendaris.
” Banyak tamu yang datang tiba-tiba melongo karena melihat beberapa furniture tempat ini jadi keinget pernah singgah di tempat ini” tutur Nanda Kresna Jaya Owner
Kedai Kopi di Mataram Yang dibutuhkan untuk sebuah kedai kopi agar tetap bertahan adalah kreativitas pengelola kedai tersebut, pemilik dari kedai kopi ini sendiri selain menjual kopi dan variannya juga menjual kenangan atau tempat tersebut.
” Kami utamakan rasa kopi dan pelayanan tapi yang lebih kuat daya tariknya ternyata tempat ini menjadi tempat mengenang perjalanan masa lalu mereka sehingga ngopi sambil nostalgia” tambah Nandra
Pria yang gigih dalam berbisnis ini menyakini Akhir-akhir ini, kopi seakan minuman wajib bagi kaum urban. Kopi yang awal mulanya hanya sebuah tren, sekarang berubah menjadi gaya hidup, budaya sajian ketika berkumpul atau ngariung. Hal ini menjadikan bisnis kedai kopi meningkat dan terlihat menjanjikan. Warung kopi mulai bermunculan di berbagai penjuru Indonesia termasuk Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Semula, beberapa kedai kopi didirikan sebagai tempat nongkrong yang santai dan cocok untuk berbincang-bincang. Namun bagi nandra trend ini sangat bagus karena lebih banyak teman malah semakin banyak kawan untuk berbagi cerita soal kopi.
” kompetitor itu sangat bagus karena akan menjadi tempat sharing untuk menyajikan kopi yang lebih baik lagi” terang Nandra
Nandara menambahkan sebuah kedai kopi harus mempunyai identitas agar tahu apa yang akan ditunjukkan dari kedai kopi tersebut. Misalnya, apakah kedai tersebut beridentitas milenial dengan tempatnya yang instagramable atau beridentitas klasik yang simpel. Dalam menentukan identitas ini, hal penting adalah bagaimana pengunjung merasa nyaman dan betah berlama-lama untuk sekadar duduk atau ngobrol. Apalagi, sekarang kedai kopi tidak hanya menjadi tempat ngopi. Lebih dari itu, banyak kegiatan yang digelar di sana. Mulai dari bedah buku, nonton bareng, hingga temu komunitas diadakan di beberapa kedai kopi. Bahkan, beberapa kedai kopi mengadakan live music beberapa kali dalam seminggu untuk menarik pengunjung. Namun di Kopiturasa menyajikan genre musik Tempoe Doeloe yang untuk mengenang kembali masa-masa mereka di tempat itu.
“Genre musik kami biasanya tergantung request namun kebanyakan lagu-lagu nostalgia” terang Nandra
Menurut salah satu maestro kopi Lombok Kuadru , trend ngopi hanyalah sebuah kecenderungan yang terulang karena kopi sudah ada sejak 1.000 tahun sebelum masehi. Munculnya kedai kopi karena orang-orang lebih memilih tempat yang santai untuk berkumpul.
“Yang membuat kedai kopi banyak bermunculan karena orang membutuhkan tempat yang santai untuk sekadar ngopi dan ngobrol,” katanya.
Kedepan bisnis kopi ini akan stabil dalam waktu yang lama seiring konsumsi komoditas ini oleh orang seluruh dunia. Nah, yang dibutuhkan untuk sebuah kedai kopi agar tetap bertahan adalah kreativitas pengelola kedai tersebut.
Budaya ngopi sudah menjadi tradisi turun temurun di sejumlah kalangan, termasuk bagi Suku Sasak yang tinggal di Pulau Lombok, jauh hari sebelum bermunculannya kedai kopi. Tradisi ini muncul dalam setiap kegiatan maupun acara.