Mataram – Menyiapkan sumber daya manusia yang mampu menjadi pembelajar sepanjang masa menjadi tantangan yang harus disiapkan dalam jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Oleh karenanya perlu dilakukan assessment untuk mengidentifikasi kebutuhan anak, baik secara fisik maupun pertumbuhan mental sebagai salah satu upaya mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang ramah anak.
Dalam masa-masa emas pertumbuhan, anak-anak juga memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang bervariasi. Hal ini mengharuskan para orang tua dan penyelenggara PAUD bersama stakeholders terkait bisa memahami kebutuhan perkembangan dari masing-masing anak. Untuk itu diperlukan kemitraan dan kolaborasi dari berbagai pihak, yakni PAUD, Bina Keluarga Balita (BKB) dan posyandu keluarga.
“Salah satu praktik baik dalam kemitraan dalam penyusunan kebijakan PAUD adalah Pokja (kelompok kerja) yang berisi berbagai pihak dalam pelaksanaan PAUD seperti yang sudah dilakukan di NTB,”ujar Bunda PAUD Nasional, Hj Niken Widyawati Saptarini, dalam acara Talkshow Daring Pengembangan PAUD Holistik Integratif Untuk Perkembangan Anak, Senin (21/12/2020) di Pendopo Gubernur NTB.
Menurut Bunda Niken, dengan pendekatan sistematis seperti ini maka penyelenggaraan program PAUD Holistik Integratif (PAUD HI) dapat dilaksanakan dengan baik. Niken menjelaskan selain mengintervensi 50 PAUD di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) yang berada di 10 kabupaten kota se-NTB, implementasi program PAUD Holistik Integratif serta pendidikan karakter di NTB untuk assesment pada anak juga dapat dilakukan. PAUD HI sendiri, menurut istri Gubernur Zulkieflimansyah ini adalah berkolaborasinya tiga lembaga yakni Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Bina Keluarga Balita (BKB), dan Posyandu Keluarga dalam satu atap. Sehingga dengan terintegrasinya ketiga lembaga pendidikan itu, kata Hj. Niken akan sangat memudahkan pelayanan kepada masyarakat.
“Layanan esensial anak diberikan utuh dalam mengembangkan aspek jasmani dan ruhani,” ujarnya.
Menyinggung peran istri kepala daerah sebagai Bunda PAUD, Hj. Niken menungkap bahwa peran bunda PAUD di masing-masing daerah dapat dimanfaatkan untuk mengkoordinasikan simpul-simpul dari lembaga-lembaga yang terlibat dalam pengembangan pendidikan dan kesehatan anak di daerah. Bahkan menurutnya, peran Bunda PAUD sangat menentukan kesuskesan program PAUD HI.
“Peran Bunda PAUD sebagai istri kepala daerah dapat dimanfaatkan untuk mengkoordinasikan simpul-simpul di daerah. Inilah peran yang paling prioritas dan penting karena hanya Bunda PAUD yang bisa melakukannya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dijelaskan Hj Niken, tantangan di NTB secara angka partisipasi cukup baik. Hampir disemua desa sudah terdapat PAUD yang tinggal ditingkatkan kualitasnya menjadi holistik dan integratif. Oleh karena itu dukungan semua pihak sangat menentukan dengan memberikan perhatian yang konsisten.
“Dimasa pandemi memang belum ada PAUD yang buka tapi kita selalu memberikan motivasi melalui webinar agar pendidikan tetap berjalan dengan keterbatasan,” tutup Hj. Niken.
Sementara itu, Nisa Felicia, Direktur Eksekutif PSPK, mengungkapkan, program Pendidikan Anak Usia Dini Holistik dan Integratif di NTB layak diduplikasi diberbagai daerah di Indonesia. Menurutnya hal ini sebagai bentuk upaya untuk bisa melaksanakan penyelenggaraan Pendidikan yang ramah anak dengan melibatkan banyak pihak.
“Program PAUD HI ini dapat menjadi sistem model bagaimana membangun pendidikan ramah anak dengan assesment yang lengkap oleh banyak pihak”, ujar Nisa Felicia, saat webinar dalam rangka ulang tahun kelima lembaga tersebut.
PSPK adalah lembaga nirlaba yang bekerjasama dengan banyak pihak dalam rangka pengembangan pendidikan. Salah satunya adalah provinsi NTB dalam mengembangkan PAUD HI.(red)